Jan 28

Emosi Positif

231220126220

Apa yang anda rasakan ketika melihat gambar di atas?

******

Saya pribadi suka dengan kombinasi warna secara keseluruhan, ada putih (kristal yang keluar dari si batu druzy), ada merah (dari tali kulit dan pinggiran batu yang bernuansa oranye kemerahan), dan warna tembaga dari kawat yang saya gunakan.

Perasaan yang muncul dalam diri saya adalah perasaan hangat dan bersemangat :D

******

Itu adalah emosi positif.

Lebih lanjut, disebutkan oleh Watson (dalam Compton, 2005) bahwa emosi positif itu identik dengan ekspresi-ekspresi emosi yang menyenangkan serta menunjukkan fulfilling of life, sebuah rasa “penuh” atau “puas” dalam hidup. Ada 3 dimensi emosi positif, yaitu:

  • JOVIALITY >> terkait dengan kebahagiaan, kegembiraan, serta antusiasme individu dalam menjalani kehidupannya.
  • ASSURANCE >> berkaitan dengan kepercayaan diri dan keberanian untuk menghadapi tantangan dalam hidup.
  • ATTENTIVENESS >> berhubungan dengan kewaspadaan, konsentrasi, dan bertujuan untuk mengembangkan TUJUAN hidup (Saya ini hidup buat apa sih???).

Tidak hanya hubungan antara individu dengan lingkungan, emosi positif akan dapat membantu individu untuk MENGEMBANGKAN DIRI-nya. Pengalaman merasakan emosi positif akan memungkinkan individu untuk terlibat dan memiliki ikatan dengan lingkungan serta merangsang munculnya aktivitas-aktivitas PRODUKTIF. Emosi positif memberdayakan individu untuk mampu beradaptasi secara adekuat (Huppert, et. al., 2005).

Nah, bagaimana seseorang dapat mengembangkan emosi positifnya, instead of emosi negatif yang memang lebih mudah muncul dan meledak?

REGULASI EMOSI adalah kata kuncinya :)

Regulasi emosi merupakan proses memonitor dan mengontrol baik emosi maupun ekspresi emosi yang dimiliki untuk menyesuaikan dengan situasi-situasi sosial yang dihadapi (La Freniere, 2000). Jadi, kemampuan individu untuk bisa memonitor dan mengontrol inilah yang berperan membantu proses adaptasinya di lingkungan.

Nah, pertanyaan selanjutnya adalah: BAGAIMANA MELAKUKAN REGULASI EMOSI?

Kembali lagi ke awal nih, individu harus mengenali dirinya! Dalam arti, kita harus mengenali emosi-emosi dan ekspresinya yang sering muncul ketika kita berhadapan dengan berbagai macam situasi, misalnya: kalau sedang marah, itu karena apa, ekspresi emosi marahnya ini bagaimana bentuknya, dan apa efek yang muncul dari ekspresi emosi marah tersebut? apakah kemudian muncul emosi sekunder yang menyertai? Dan begitu seterusnya..

Kenapa sih proses mengenali ini perlu dilakukan?

IMHO, siapa sih yang bakal kenal diri kita lebih baik selain diri kita sendiri? Hehehehhe… motifnya sih sederhana saja, kita kan harus berhubungan dengan banyak orang dalam kehidupan ini (mau nggak mau lho ya..) dan untuk itu, kita harus melakukan serangkaian peran yang mungkin saja bisa berseberangan. Misalnya= peran saya sebagai wire jewelry artisan yang harus memikirkan laba-rugi, mungkin akan berbenturan dengan peran saya sebagai psikolog yang cenderung menjadi free-helper… Nah, saya tidak mungkin mencampuradukkan keduanya. Maka dari itu, saya harus belajar untuk mengontrol emosi yang muncul terkait dengan dua dunia ini, caranya ya dengan mengenali diri itu tadi. Hmmm.. semoga ilustrasi contohnya nggak membuat bingung yah… :D

Nanti deh ya, saya akan coba bahas lebih spesifik tentang SELF-REGULATION, yang mendasari proses regulasi emosi :D

Semangkaaaa!!!

231220126223

For detailed infos about my artworks, please visit Dei’s Gallery on Facebook by clicking this link: http://www.facebook.com/Deisgallery

 

References:

  1. Compton, W. C. (2005) An Introduction to Positive Psychology. CA: Wadsworth.
  2. Huppert, F. A., Baylis, N. & Keverne, B. (2005). The Science of Well-being. Oxford: Oxford University Press.
  3. La Freniere, P. J. (2000). Emotional Development: a Biosocial Perspective. CA: Wadsworth.

Comments Off on Emosi Positif
comments