Keterampilan hidup (life skills) dalam bidang pribadi dan sosial meliputi tiga kategori (Supratiknya, 2008) yaitu (a) pemahaman diri yang meliputi aspek fisik dan psikologis, serta penerimaan diri, (b) kemampuan mengatasi konflik intrapersonal dan meregulasi diri, dan (c) kemampuan menjalin relasi yang sehat dengan orang lain. Masalah yang mendesak bagi para remaja (siswa-siswi SMA/SMK) di bidang pribadi dan sosial (Supratiknya, 2008) antara lain: menemukan identitas diri atau konsep diri, menjalin hubungan yang harmonis dengan orang tua, mengembangkan sikap yang matang dan wajar terhadap seks, pergaulan dengan lawan jenis, dan menghadapi tekanan kelompok.
Tiga kategori keterampilan hidup merupakan dasar dari kesehatan mental dan mendukung fungsi efektif individu dalam menjalankan kehidupan sehari-hari sesuai dengan tugas perkembangan yang harus dilalui, sehingga penulis berangapan bahwa penting untuk melatihkan keterampilan ini sebagai bagian dari kegiatan pelatihan konselor sebaya ini. Untuk itu, remaja membutuhkan keterampilan hidup sebagai berikut:
- Mampu menerima diri, mampu dan bersedia memandang diri sendiri apa adanya, mengenal dan menyadari kelebihan dan kekurangan, dan tetap merasa dirinya berharga.
- Mampu bersikap asertif dan memiliki kepercayaan diri, mampu menilai secara objektif kelebihan dan kekurangan diri sendiri, bersedia menerima kritik dan umpan balik, dapat mengemukan pendapat dan memberi umpan balik objektif pada orang lain.
- Memiliki kepercayaan pada orang lain, bersedia mendelegasikan tugas pada orang lain, bersedia berbagi kesulitan, harapan, kesedihan, kegembiraan, dan sebagainya, pada orang lain.
- Mampu memahami, menerima, bersikap matang dan wajar terhadap permasalahan yang timbul dalam hubungan dengan orang tua, memahami dan menerima sudut pandang orang tua.
- Mampu mengendalikan emosi.
- Mandiri dan bertanggung jawab.
- Bersikap matang dan wajar terhadap rasa ingin tahu tentang seks.
- Bersikap matang dan wajar dalam hubungan dengan lawan jenis dan percintaan, hubungan pertemanan, serta ketika menghadapi tekanan dalam kelompok.
- Dapat menggunakan waktu luang secara bermanfaat.
- Dapat mengembangkan nilai-nilai pribadi, falsafah hidup, dan cita-cita yang realistis.
Dengan menguasai keterampilan hidup ini, remaja dapat membentengi dirinya dari pengaruh negatif serta dapat menjalankan peran sebagai teman yang baik dengan menjadi konselor bagi temannya yang sedang bermasalah. Berdasarkan hasil penelitian Stamnes (1990), pelatihan keterampilan ini tidak hanya bermanfaat dalam proses konseling, namun secara keseluruhan dapat meningkatkan kepercayaan diri remaja dan membuat hubungan remaja dengan orang lain lebih efektif, khususnya ketika remaja menghadapi kenyataan kehidupan yang sesungguhnya.
Geldard & Patton (2007) menyebutkan ketika melakukan proses konseling sebaya, remaja tidak hanya membantu teman namun juga membuat kemampuan remaja dalam berkomunikasi dengan orang lain menjadi semakin bagus. Dalam penelitian lainnya, anak yang sejak dini berlatih membawakan diri, berkomunikasi, membantu orang lain, bekerjasama, mengasah kreativitas, dan mengungkapkan emosi memiliki karakteristik dan sikap asertif lebih kuat serta konsep diri yang lebih bagus dibandingkan dengan anak yang tidak terlatih untuk itu (Landazabal, 1999).
***
Sumber:
- Geldard, Kathryn M. & Patton, Wendy A. 2007. Adolescent Peer Counselling : Enhancing the Natural Conversational Helping Skills of Young People. Australian Journal of Guidance & Counseling 17(1):pp. 28-48. http://www.atypon-link.com/AAP/doi/pdf/10.1375/ajgc.17.1.28
- Landazabal, M.G. 1999. Assessment of a Cooperative-Creative Program of Assertive Behavior and Self-Concept. The Spanish Journal of Psychology, Vol. 2, No. 1, 3-10 http://www.ucm.es/info/Psi/docs/journal/v2_n1_1999/art3.pdf
- Stamnes, A. C. 1990. The name assigned to the document by the author. This field may also contain sub-titles, series names, and report numbers. Sequencing Skill Training for Peer Counseling in Inner-City High Schools. Source: Educational Resources Information Centre, US Department of Education. http://eric.ed.gov/ERICDocs/data/ericdocs2sql/content_storage_01/0000019b/80/20/06/ca.pdf
- Supratiknya, A. 2008. Psikoedukasi: Merancang Program dan Modul. Yogyakarta: Kanisius.